Sssst…..! diam!
Jangan berisik, melangkahlah dalam kuluman sunyi
Berdirilah dibalik gelap dan melihatlah menembus pekat
Berharaplah busur masih bisa terlengkung setelah kemarin diadu dengan matahari
Kita ini lelaki yang ditakdirkan sebagai pemburu
Meski siapa diburu dan siapa memburu kian tak jelas
.
Hutan belantara, padang rumput milik kita
Adalah beribu harapan yang tumbuh seperti alang-alang tercabut
Digilas tanpa belas robek dalam tikaman realita
Meski begitu, kita tetap harus berburu
Karena hidup kita esok tak ada yang peduli
Maka tulislah hidup esok dengan panah-panahmu sendiri
.
Janganlah sekalipun lena,
Mungkin akan ada satu mimpi yang lewat
Maka saat itu, yang tidur akan menyesal
Karena di belantara kita yang telah terampas ini, mungkin mimpi cuma lewat sekali
Maka jangan pernah terlena
Tak ada waktu untuk bersedih dan mengeluh letih
.
Selalu bersedia meski malam datang
Karena digelapnya kita bisa sembunyi sementara waktu
Mengatur posisi dan mengintai
Mungkin kita akan menemukan satu kesempatan
Untuk melepaskan panah yang mulai berkarat
Dan esok, kita akan berpesta menikmati mimpi
raksaka; Magelang 14 Des 2006
Kata-kata seperti sayap, membawa angan terbang ke langit khayal. Kata-kata seperti pisau, menusuk ulu hati dan melukai, atau kadang serupa mantra layaknya perisai, yang melindungi keyakinan! Kata-kata adalah nyawa yang menghidupkan sajak-sajak yang terlahir dari jiwa-jiwa yang gelisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --
-- confucius --
No comments:
Post a Comment