Aku terlahir sebagai lelaki
Dadaku telah penuh sesak pengharapan dan kepercayaan
Yang sejak kanak dulu dijejalkan oleh ayahku
Karena pundaknya semakin bungkuk
Dan matahari semakin sinis mengais sisa hitam rambutnya
.
Bumi yang kupijak menjelma
Bayang-bayang mengabur, menyitir mimpi dalam getir
Langkah tak kuasa mencetak jejak
Beribu rencana terlahir untuk sampyuh menjadi bangkai
Sebelum sempat esok kuadu dengan hari
.
Betapa saat seperti ini
Ingin kuingkari pagi dan kusanding malam
Karena dari gelap yang tersembunyi
Aku leluasa mereka-reka, setidaknya satu lagi rencana
Mungkin ia cukup tangguh untuk kuadu esok hari
.
Lelaki sepertiku,
Yang percaya sepenuh hati dongeng ayah
Kuyakini sepenuh hati dipundak lelaki tersandar beban
Hanya akan hidup dalam mimpi saja
Karena hari esok menjelma jalan entah kemana
.
Zaman seperti ini,
Yang tak lagi memandang ramah
Menguji keyakinan dengan tamparan telak yang kadang,
Mengunci langkah dan kata dalam sunyi
Membunuh rasa dan karsa dalam sepi
.
.
O, jagad lelaki yang kutanggung
Serpihan kaca retak berderak, dihantam zaman yang beringas
Meninggalkan lelaki letih mencoba menjadi karang
Meski tahu,
Esok…….entah jalan mana lagi yang akan ditempuh
raksaka. 15 des 06
Kata-kata seperti sayap, membawa angan terbang ke langit khayal. Kata-kata seperti pisau, menusuk ulu hati dan melukai, atau kadang serupa mantra layaknya perisai, yang melindungi keyakinan! Kata-kata adalah nyawa yang menghidupkan sajak-sajak yang terlahir dari jiwa-jiwa yang gelisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --
-- confucius --
No comments:
Post a Comment