Kubur beku
Setangkai kamboja layu galau
Mencoba bertahan diranting pucat pasi
Wahai, angin….sudilah sejenak berhenti
Liahatlah…..meski tak senyaman rumah,
Namun ku tahu kau terlanjur pulas terbaring diam
Menyisakan sebulir janji yang terperangkap dalam setetes air mata yang nyaris kering
Wanita yang terlanjur kaku……diantara kita masih ada seteru
Membungkam kata-kata kita terlalu lama terperangkap
Jalan-jalan, persimpangan dan kekecewaan
Semua itu tak berarti lagi
Semua itu tak lagi sempat terlintas dalam benakku
Terlambatkah aku untuk sekedar meminta maaf?
Kubur beku
Setangkai kamboja layu galau
Mencoba bertahan diranting pucat pasi
Wahai, angin….titip maaf yang belum sempat terucap……
(Dark memories….rest in peace, Re yg manis….)
Kata-kata seperti sayap, membawa angan terbang ke langit khayal. Kata-kata seperti pisau, menusuk ulu hati dan melukai, atau kadang serupa mantra layaknya perisai, yang melindungi keyakinan! Kata-kata adalah nyawa yang menghidupkan sajak-sajak yang terlahir dari jiwa-jiwa yang gelisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --
-- confucius --
No comments:
Post a Comment