Masih terdiam oleh dingin memamah balung sumsumku
Tak puas rupanya setelah semalaman,
dan malam-malam sebelumnya ia rakus menghabisi jantung-hatiku,
O, kebekuan ini….
Tak juga cair meski sungguh putus asa sekian lama mencari-cari
Sedikit bara yang kau renggut dariku
Api di dadamu…..
Gunung es didadaku
Semestinya kita bisa bersepakat untuk saling mengisi dada kita
Dan kita akan terbebas dari luka kita masing-masing namun,
Kau memilih pergi dengan nyala dendam didadamu,
Dan kau wariskan sebongkah luka yang dulu membekukanmu bertahun-tahun
Luka….
Biar sedingin es atau sepanas api,
Sama saja…!!!
Raksaka, ditulis dipagi yang dingin 130307
Kata-kata seperti sayap, membawa angan terbang ke langit khayal. Kata-kata seperti pisau, menusuk ulu hati dan melukai, atau kadang serupa mantra layaknya perisai, yang melindungi keyakinan! Kata-kata adalah nyawa yang menghidupkan sajak-sajak yang terlahir dari jiwa-jiwa yang gelisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --
-- confucius --
haduuh... puisi mu ini membuat aku mempunyai teman senasib sepenanggungan kawan...
ReplyDelete