Tuesday, May 19, 2009

LELAKI DI TENGAH HUJAN

Lelaki yang terdiam di tengah hujan,
Untuk siapa kau menunggu?

Lihatlah satu lagi musim telah lewat, satu lagi mimpi berkalang luka
Sampai kapan kau bertahan;
sampai kapan kau menahan?

(Ah, biar saja ku menunggu hingga membatu
Karena janjiku bukanlah untuk musim
Harapanku lebih bernyawa
dari mimpi yang hanya hidup dalam lelap
Kau tak kan pernah mengerti, hanya yang rindu bisa tahu
Dan, biar kuberitahu
Yang kau lihat sebagai luka, ini adalah air suci yang membilas semua sifat angkuhku)

Lelaki yang terikat oleh janji,
Untuk apa terus teguh?

Lihatlah satu demi satu mereka mencemooh
Tak sadarkah semua kata-kata terlalu purba untuk terucap?
Dan tak ada lagi yang tersisa selain sejarah ditelan waktu

(Tahu apa kau?!
Padanya kutemukan cahaya yang menuntun hidupku
Mendekapnya adalah hela nafas dan detak jantungku
Saksikanlah…….padanya hidupku menuju
Kau tak kan bisa menjauhkan aku meski kau terus mencoba
Dan, biar kukatakan kepadamu;
Janji ini bukanlah ikatan, tapi kekuatan
Hanya yang menanti bisa ngerti)

Dan hujan makin deras menemani lelaki itu
Yang setiap hujan turun, berjalan sendiri sambil menyanyikan lagu rindu

(Magelang, 070307……midnight rain)

1 comment:

  1. Great. Memegang janji adalah satu hal masih bisa dilakukan. Kelak, dalam hujan terakhir, semua duka kan melebur, membumi bersama tangis para dewi ... kelak kan muncul dalam rupa lain, pengejawantahan yang lain, manifestasi yang lain. Duka kan bermetaforsa menjadi kekuatan.

    Nice poem.

    Dari pecinta hujan,

    htpp://kisahhujanpagi.blogspot.com

    ReplyDelete

By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --

Never regret a day in your life. Good days give you happiness; Bad days give you experiences. Both are essential to life (N.N)