Monday, November 28, 2011

Sembilan Penggalan Tanpa Judul (Empat)

Ini adalah puisi yang aku kembangkan dari bait-bait acak yang kutulis dalam status-status facebookku. Ada sembilan bait yang pernah kutulis tanpa kuniatkan menjadi puisi, tetapi belakangan ini aku merasa sayang kalau itu hanya menjadi  status saja.... maka aku meniatkan menjadikannya utuh.  Dan ini... puisi keempat dari sembilan bait acak itu



Sembilan Penggalan Tanpa Judul


(Empat)




Menyisip dalam sudut yang tak terekam mata
Aku meniti hening lepas dari radarmu
Diam,menghunus waspada
Mengendap-endap rimbun hutan kata-kata

Ya, aku memang sedang sembunyi,
bukan untuk lari....tapi menunggu


( andai kau melihatku, aku menjelma serigala lapar bertaring sunyi)


Raksaka Nala, 28 nov 2011 -dini hari

Sunday, November 27, 2011

Sembilan Penggalan Tanpa Judul (Tiga)

Ini adalah puisi yang aku kembangkan dari bait-bait acak yang kutulis dalam status-status facebookku. Ada sembilan bait yang pernah kutulis tanpa kuniatkan menjadi puisi, tetapi belakangan ini aku merasa sayang kalau itu hanya menjadi  status saja.... maka aku meniatkan menjadikannya utuh.  Dan ini... puisi ketiga dari sembilan bait acak itu



Sembilan Penggalan Tanpa Judul


(Tiga)




Ada sisa sabit dalam lengkung senyummu
Ada kabut di sudut telaga matamu
Kita tertawa dalam permainan yang kau cipta
Tak perlu tentukan siapa kalah siapa menang, katamu
Sebab yang kita mau hanya mengingkari luka

ah,

Kau masih saja melipat rahasia,
Tidakkah kau tahu, mendung itu tak bisa luput dari mataku?

Raksaka Nala  271111 : jam satu siang, tanpa hujan

Friday, November 18, 2011

Sembilan Penggalan Tanpa Judul (Dua)

Ini adalah puisi yang aku kembangkan dari bait-bait acak yang kutulis dalam status-status facebookku. Ada sembilan bait yang pernah kutulis tanpa kuniatkan menjadi puisi, tetapi belakangan ini aku merasa sayang kalau itu hanya menjadi  status saja.... maka aku meniatkan menjadikannya utuh.  Dan ini... puisi kedua dari sembilan bait acak itu



Sembilan Penggalan Tanpa Judul


(Dua)

Masih mencoba memahami petuah para sepuh,
Dalam dada itu bersemayam lautan sabar


Tetapi debar selalu cabar
Gelombang tak henti bergulung dalam dada
Menafikan percaya hingga kandas
Dalam palung tergelap lalu cahaya satu persatu padam
Badai itu, merumah dalam dada.... lalu dimana,
                                                    letak sabar itu?

Masih mencoba memahami petuah para sepuh,
Dalam dada itu bersemayam lautan sabar
Yang ternyata kutemui selalu bergulung seperti badai
Meredamnya...itulah sabar


Raksaka Nala  191111 : sepuluh-delapan belas - malam

Sembilan Penggalan Tanpa Judul ( Satu )

Ini adalah puisi yang aku kembangkan dari bait-bait acak yang kutulis dalam status-status facebookku. Ada sembilan bait yang pernah kutulis tanpa kuniatkan menjadi puisi, tetapi belakangan ini aku merasa sayang kalau itu hanya menjadi  status saja.... maka aku meniatkan menjadikannya utuh.  Dan ini... puisi pertama dari sembilan bait acak itu



Sembilan Penggalan Tanpa Judul


(Satu)

Imaji mati jadi jeruji-jeruji
Waktu membatu terbelenggu
Pada titik yang selalu terpenggal lalu koma
Seolah dekat padahal hanya saujana
Konstan... sebanding lurus kecepatan dan jarak tercipta


Partitur terserak ditiup angin
Dawai-dawai berkarat, namun lagu terlanjur melekat dalam lubang
Resonansi sunyi menyihir mencipta nada
Menyusunnya dalam skala pentatonic yang merobek
Lalu seperti ayunan arpegio
Melambungkan, menjatuhkan dengan jarak .... rindu itu bisu
Hanya senyum yang merupa keniscayaan,
Bukan bahagia ataupun luka, lalu apa?



Raksaka Nala  181111 : dua dinihari



By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --

Never regret a day in your life. Good days give you happiness; Bad days give you experiences. Both are essential to life (N.N)