Tuesday, December 21, 2010

Blues






La-Do-Re...
angin -  awan – mendung

Angin bergetar dalam lubang-lubang hati,
Mencabik sunyi namun tak robek dan nada mengalun tandas saat
Sunyi di ujung jari jari hujan
Memilah dawai yang membentangi jurang
Adalah jarak yang kau dan aku ciptakan meski,
Tak putus kusirap khabar diam-diam
Dari balik kabut aku menanti, mencoba menerka cuaca
Tahukah kau, awan bergerak dari langitmu, kini menjelma mendung di berandaku


Mi – Sol – La…
hujan -sungai - laut

Ah... resah yang rapat kau kemas itu
Mengirimkan hujan teka teki yang masih saja
Kucoba susuri tiap sungai-sungainya..berharap jawaban menjadi laut yang sabar
Bukankah oarang-orang tua dahulu berkata,
dalam dada yang tabah itu bersarang lautan?
Meski belum mengerti mengapa kautikam jantungku dengan telak
Kuterima saja sebab aku ingin tahu jawabannya


Malam tadi masih kunyanyikan sebuah lagu untukmu
Nada-nada minor dalam skala pentatonic yang menyatu dalam kopiku
Dengarlah, wanitaku… ini blues tentang kita


raksaka, 21 Des 2010

Friday, December 10, 2010

Telanjang Kita Sama

 Untukmu, Pengelana Hati


Aku akui..kau  lah puisi yang menyihir
Lekuk tubuhmu sejuta duga yang liar membakar
Satu kali pagutan bibirmu adalah beribu-ribu rindu yang terkurung dan lalu lepas bersamaan
Dihadapanmu, hurufku kaku dan bait-bait mati

Namun puisi tetaplah puisi
Hanya meyihir bila akalku berteka teki
Saat telanjang tanpa makna, kau dan aku nyata sama
Hanya punya rasa

raksaka,
kamar pengap 11:18 AM- 101210

Monday, November 15, 2010

Berbeda

Mungkin,
Tak banyak yang bisa kulakukan untuk membuatmu mengerti
Sebab dari mula kita sudah memilih bintang kita masing-masing
Layaknya kompas yang memiliki dua kutub
Tak mungkin kita akan menempuh arah yang sama

Jangan paksa aku berjalan ke arah yang kau tuju sebab
Mimpiku terlanjur menjadi api, membakar seluruh peta dan hanya menyisakan aku cahaya
Yang kupakai untuk menerangi gelap jalanku
Maaf... tapi inilah jalan yang kupilih
Jika kau tak bisa mengerti tak mengapa
Asal jangan melintang di depanku!

Raksaka,  15112010

Wednesday, October 13, 2010

TERNYATA

Ternyata...
Memang tak akan pernah mudah :
                                                  betapa menjadi karang memerlukan teguh yang angkuh,
                                                  sedang aku adalah nyala api!
Sungguh sulit menjadi bumi tenang :
                                                   sedang langit hatiku pecah,
                                                   dalam cuaca tak menentu

Bumi seharusnya berputar pada porosnya itulah yang kuyakini
Namun rembulanku berungkali tersabit setiap kali purnama
Menyisakan sepotong wajah pucat tersayat
Jatuh di pelataran langit kelam


Ah, betapa hidup berkali menampilkan drama yang sama
Sejarah berulang, lagu-lagu usang yang dimainkan kembali
Aku bosan!



raksaka : 8-13 okt '10

Monday, September 27, 2010

Cinta Itu Tak Pernah Bisa Kuminta



Rangkaian puisi,
Kata cinta,
Bilur Rindu,
Tak kan cukup untuk mengikatmu : aku tahu itu dengan pasti
Maka aku tak pernah berharap mengikatmu
Bebaslah seperti udara, sayang
Karena itulah kamu..seperti itulah aku mengenalmu

Jangan pernah merasa bersamaku adalah keharusan
Sebab kau tak kan bisa seperti itu
Cinta itu tak pernah bisa kuminta darimu
Cinta itu hanya…. bisa kau berikan
                            suatu saat, jika kau mengerti…. Bahkan kata tak diperlukan lagi

Biarlah aku menunggu seperti ini,
Bersama ingatanku tentangmu
Tentang debar jantungmu yang sempat terekam
Menjadi musik yang menemani hari-hari panjang tanpamu
Disini, aku menanti
Datanglah padaku jika kau lelah dan tak punya tempat untuk kembali


raksaka nala, siang terik: 27 sept 2010

Monday, September 13, 2010

110910 ( a time to remember)


Aku –kamu : melebur kita,
Sejuta puisi tanpa kata tanpa aksara
Mengecap semua resah yang buncah,
Mengecap semua cemas yang terkemas,
Mengecap semua sayang hingga melayang,
Mengecap  tanpa perlu berucap
Rasaku rasamu adalah lautan
Ombak-ombak menari dan palung-palung hati yang paling dalam diselami
Kita-dunia :  hati berlagu dalam hening

Selepas waktu itu,
Sebagian jiwamu terus mengikuti kemanapun aku
Dan kutinggalkan sebagian dari diriku untukmu…..

Aku-kamu : melebur kita,
Hati yang saling memanggil namun tak tahu cara untuk menentang dunia
Biarlah,
Asal  pijar cahaya itu masih milik kita, dunia tak berarti lagi…. mungkin?

Raksaka,  13 Sept 2010 - jam satu dini hari

Thursday, May 20, 2010

Hujan, Kopi dan Nyeri

Malam teriris mata pisu hujan,
Dingin luka...sepi yang bertarung dalam relung-relung:
                    hati kosong, imaji liar dan pekat kopi tanpa gula

Ah.... ingin pejam tapi rejam nyeri yang kucumbu sendiri
Memeta jarak aku tergugu dalam kelu :
                     terlalu jauh !

Hujan masih mengiris
Kopiku nyaris habis ...rinduku makin tipis tapi tetap saja,
Luka itu nyata

( Raksaka, 19 - 20 Mei 2010, sebelum tidur)

Wednesday, May 5, 2010

Entah

Entah,
Meski Kau kata hitam…. Bagiku dialah ungu!
Seribu bunga yang menunggu mekar di tepian sunyi
Seribu tanya menjelma pagar2 berduri
Tak habis dan tak surut lagkahku, meski harus memutar jauh
Sebab pagar-pagar misteri itu tak memberiku celah untuk masuk

Entah,
Meski bunga-bunga kau tebar… bagiku dialah edelweiss,
Paling cantik meski pucat suram
Rantai-rantai membelenggu tapi lihatlah dia tetap bertahan
Tak habis dan tak surut kagumku, meski harus bertarung dengan gamang dan perih
Sebab begitulah ia, edelweiss… hanya mekar di puncak sunyi

Entah,
Hanya saja … mungkin belum masanya edelweiss itu mekar….
Sanggupkah aku mengurai waktu, dan menjumpai padang penuh dengan dirimu, edelweis???
Entahlah....


Malam hari bosan, memikirkan kamu. 050510 : 10:09 PM

Sunday, February 21, 2010

Kau

(Petir)

Selarik cahaya,
Gerakmu cepat
Langit yang tertidur terhenyak, koyak!
Berpijar sesaat, bergemuruh dan lenyap
Menyisakan kepingan teka-teki… dan memaksa mata ini menjelajah cakrawala
Berharap menemukan tanda keberadaan dirimu!




(Ungu)

Cadar yang menutupi wajahmu
Lembut namun begitu liat untuk ditembus




(Edelweis)

Pongah meniti sunyi
Bersikukuh bertahan dalam nyeri badai
Angin gunung berebutan, dan ranting patah namun,
mekarmu abadi :
Harapan yang kau genggam!

Ah… andai kau melihatku,
Tak kan kau temui keraguan didadaku!
Camkan itu!!!!

Raksaka,21 FEB 2010 - tengah malam
By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --

Never regret a day in your life. Good days give you happiness; Bad days give you experiences. Both are essential to life (N.N)