Wednesday, May 27, 2009

Penjaga Hati

Suaranya bening meski,

terkubur riuh caci maki ratap dan juga tawa

Matanya tajam meski,

Dipaksa buta gemerlap dan warna-warni dunia

Telinganya peka meski,

Ditutup puja-puji sanjungan yang melenakan

Kata-katanya bijak meski,

Diingkari ego keserakahan ambisi dan kesombongan

Namun ia tetap hidup walau kita coba menfikan dan membunuhnya

Cobalah bunuh dia dan kuburkan dalam debu serta jelaga hitam

Tak akan mati ia kecuali akan datang dalam sepimu,

lalu laksana hakim ia akan menuntut hak yang kau rampas

Dia si penjaga hati

Nyawa dari rasa

Nafas dari kasih sayang

Darah bagi kebajikan

Bersama sabda agung Kun Faayakun saat setetes air hina membentuk darah dan daging,

Ia, si penjaga hati disemaikan untuk bersama tumbuh dalam diri kita

Lalu bagaimana bisa kehidupan kita akan terlepas darinya?

Ia hidup dalam diri kita namun seringkali kita mengingkarinya

Kesombongan manusia?

Ataukah ini kebodohan manusia ?

Cobalah berdamai dengan sepi

Agar tabir terbuka dan kita bisa mendengar dengan telinganya,

melihat dengan matanya,

berkata dengan bahasanya,

menyentuh dengan rasanya,

Cobalah sejenak kau tutup mata fanamu,

kau tulikan telinga duniamu dan

kau matikan rasa indrawimu

Sesungguhnya matamu, telingamu, hidungmu, lidahmu, kulitmu

Adalah dinding yang tebal yang menjauhkanmu dari makna sejati

Makna sejati penciptaan manusia

Maka kenalilah ia,

Ada yang memanggilnya nurani, sedang aku menamainya:

Si Penjaga Hati

Magelang, 27 Okrtober 2007

No comments:

Post a Comment

By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --

Never regret a day in your life. Good days give you happiness; Bad days give you experiences. Both are essential to life (N.N)