Seseorang menggambar matahari di langit gelap
Tetapi hanya gambar
Berlari-lari orang mendekat terpesona
Sudah rindu mereka pada cahaya
Berdesakan, berebutan hingga saling cakar
Hanya demi memuaskan kerinduan mereka pada cahaya
Lalu orang-orang mulai terluka dan berdarah
Seseorang menggambar matahari lebih besar
Orang-orang kian garang, saling tikam
Tanpa sadar darah sudah menganak sungai
Dia yang mennggambar matahari
Tersenyum diam-diam menampung tinta di cawan emasnya
Yang menetes dari tubuh-tubuh cabik
Untuk menggambar matahari
( Magelang, 12-06 -2014 )
NB: Postingan yang terlambat karena baru ingat buka blog sekarang :p. Puisi ini ditulis dalam rangka memenuhi tantangan dedah puisi di sebuah group di Facebook.
Kata-kata seperti sayap, membawa angan terbang ke langit khayal. Kata-kata seperti pisau, menusuk ulu hati dan melukai, atau kadang serupa mantra layaknya perisai, yang melindungi keyakinan! Kata-kata adalah nyawa yang menghidupkan sajak-sajak yang terlahir dari jiwa-jiwa yang gelisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --
-- confucius --
No comments:
Post a Comment