Sebab jantungnya tak lagi berdetak, akibat ditikam sepi
Cahaya berlesatan hanya sekejap, hidup..lalu gelap
Begitu berulang-ulang hingga bosan
Menepi, lalu berharap esok lupa
Biarkan terbawa angin
Pancaroba di langit utara
Musim menata cuaca sedemikian rupa
Berderetan awan melukis wajah-wajah buyar, puisi yang disemai diam-diam
Ialah hujan yang mati pagi tadi
lalu,
Hati saling memanggil, meski
Tak saling menggenapi
Hanya untuk saling mengerti bahwa
Tak ada yang benar-benar sendiri
Terlunta berkutat luka
karena,
Ada jalinan yang teregang
Seperti dawai-dawai gitar yang beresonansi
Dengarkan, rasakan, ikutlah dalam harmoni
Mungkin satu bunyi hanya notasi sumbang
Namun jika bersama, kita adalah lagu!
write on Sunday, April 10, 2011 at 5:25am - Raksaka Nala : sebuah catatan
No comments:
Post a Comment