Sebab waktu begitu pongah menggenggam rahasia
Simpul-simpul tak menemu, uraikan!
Meski masai pada akhirnya namun tak semestinya berdiam dalam jerat
dan
Rotasi yang tak lagi berpusat,
Lingkar liar yang menarik keluar masa lalu dari kotak usang
sebuah marka, atau sebuah perangkap?
Andai saja hidup sebuah garis lurus
Tentu aku tak perlu ragu menentukan langkah
Maka disinilah aku, terjangkar lingkar liar
Bergulat dengan sejuta duga yang kian dentam
Adalah godam runtuhkan tembok pertahananku : luruh aku!
Raksaka Nala : 30 Maret 2011 - 07:11 A.M
Kata-kata seperti sayap, membawa angan terbang ke langit khayal. Kata-kata seperti pisau, menusuk ulu hati dan melukai, atau kadang serupa mantra layaknya perisai, yang melindungi keyakinan! Kata-kata adalah nyawa yang menghidupkan sajak-sajak yang terlahir dari jiwa-jiwa yang gelisah
Wednesday, March 30, 2011
Saturday, March 19, 2011
Meredam Badai
Adalah musim yang tak lagi tertanda,cuaca rusak
Lautan dalam dada bergolak, gelombangnya pasang
Memaksa perahu henti laju dan bersandar :
terjangkar, menunggu waktu
Hingga selesai kau aduk badai seperti kau mengaduk cangkir kopi dimalam-malam sepi
dingin
Kutunggu jeda itu selesai........
Sampai tiris sabar hingga tetes terakhir, sesap aku demi hausmu
Mengeringkan harapan dan,
lalu rasa curiga seperti kabut menelan rindu
Selayaknya kau sadari diammu jangkar
dan diamku meredam badai
Akhir diam kita adalah penentu
Diammu berakhir melukis peta, arah kita
Diamku berakhir lepas redamku, badai itu
Kutunggu jeda itu selesai....
Raksaka Nala 19 Maret 2011
Lautan dalam dada bergolak, gelombangnya pasang
Memaksa perahu henti laju dan bersandar :
terjangkar, menunggu waktu
Hingga selesai kau aduk badai seperti kau mengaduk cangkir kopi dimalam-malam sepi
dingin
Kutunggu jeda itu selesai........
Sampai tiris sabar hingga tetes terakhir, sesap aku demi hausmu
Mengeringkan harapan dan,
lalu rasa curiga seperti kabut menelan rindu
Selayaknya kau sadari diammu jangkar
dan diamku meredam badai
Akhir diam kita adalah penentu
Diammu berakhir melukis peta, arah kita
Diamku berakhir lepas redamku, badai itu
Kutunggu jeda itu selesai....
Raksaka Nala 19 Maret 2011
Wednesday, March 16, 2011
Bawa Aku Pulang
Cuaca yang berkiprah: musim tanpa tanda (henti)
Angin menakik langit,patah arah
Langit terluka,hujan sampyuh didekap bumi:musnah terserap?
tidak! hanya akan menjelma sungai yang mencari jalan pulang,kataku
Sebab hanya mengulang-ulang hingga saat nanti
Hijab terbuka dan segala tiada hanya satu: kembali!
-setidaknya yakinku begitu
Namun, betapa
Meski berkali tak juga menjadi kebal
Selalu ada perih, selalu saja rintih..ah betapa ku lemah
Padamu, yang satu... kutiriskan rintihku:
-dekap aku dalam cahayamu, kumohon...
Bawa aku pulang
Raksaka Nala : March 9, 2011 at 8:05pm
Angin menakik langit,patah arah
Langit terluka,hujan sampyuh didekap bumi:musnah terserap?
tidak! hanya akan menjelma sungai yang mencari jalan pulang,kataku
Sebab hanya mengulang-ulang hingga saat nanti
Hijab terbuka dan segala tiada hanya satu: kembali!
-setidaknya yakinku begitu
Namun, betapa
Meski berkali tak juga menjadi kebal
Selalu ada perih, selalu saja rintih..ah betapa ku lemah
Padamu, yang satu... kutiriskan rintihku:
-dekap aku dalam cahayamu, kumohon...
Bawa aku pulang
Raksaka Nala : March 9, 2011 at 8:05pm
SAUJANA
Di jarak pandang terjauh kau ada
Menari-nari debar kibar berpendar cahaya berloncatan silih berganti
ada bintang-bintang yang terlahir untuk terbakar
lainnya patuh meniti garis cakrawala menjadi suluh malam
masing-masing telah punya nasibnya sendiri
Kutunjuk satu, kuingat dalam setiap nafas
Meski jauh namun tak henti kan kucari jalan menujunya
di sana, di titik saujana itu..dimana jerat ruang waktu lepas,
massa dan energy tak cukup mewujudkan adamu
itulah, surga kediamanmu: yang kutuju
Dengan segenap gerak sel tubuhku
Kueja peta-peta lusuh warisan leluhur
Arah demi arah kubaca tanda yang semakin runyam
anyam menganyam tipu daya semakin menciptakan jarak
ah, betapa bodohnya.... padahal, peta itu telah ada dalam tubuhku: kesadaran itu
akan meniadakan saujana..semoga, suatu saat nanti aku terjaga
Raksaka Nala. March 8, 2011 at 9:21pm
Menari-nari debar kibar berpendar cahaya berloncatan silih berganti
ada bintang-bintang yang terlahir untuk terbakar
lainnya patuh meniti garis cakrawala menjadi suluh malam
masing-masing telah punya nasibnya sendiri
Kutunjuk satu, kuingat dalam setiap nafas
Meski jauh namun tak henti kan kucari jalan menujunya
di sana, di titik saujana itu..dimana jerat ruang waktu lepas,
massa dan energy tak cukup mewujudkan adamu
itulah, surga kediamanmu: yang kutuju
Dengan segenap gerak sel tubuhku
Kueja peta-peta lusuh warisan leluhur
Arah demi arah kubaca tanda yang semakin runyam
anyam menganyam tipu daya semakin menciptakan jarak
ah, betapa bodohnya.... padahal, peta itu telah ada dalam tubuhku: kesadaran itu
akan meniadakan saujana..semoga, suatu saat nanti aku terjaga
Raksaka Nala. March 8, 2011 at 9:21pm
Pandora
kututup dengan kabut,
kukunci rapat
dan kuasingkan dijantung sunyi
ini kuncinya, silahkan buka jika kau berani!
Raksaka Nala on March 7, 2011
kukunci rapat
dan kuasingkan dijantung sunyi
ini kuncinya, silahkan buka jika kau berani!
Raksaka Nala on March 7, 2011
RESAH
resah buncah, angin yang kehilangan cerita
lalu... pada siapa harus kutanyakan khabarmu?
apakah kau tahu diam itu batu yang memberati,
menanti tanpa pasti?
aku tak butuh basa basi
tetapi pasti, yang membuatku tenang
R.N
Thursday, February 24, 2011
lalu... pada siapa harus kutanyakan khabarmu?
apakah kau tahu diam itu batu yang memberati,
menanti tanpa pasti?
aku tak butuh basa basi
tetapi pasti, yang membuatku tenang
R.N
Thursday, February 24, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)
By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --
-- confucius --