menyitir getir serpihan kembang api,
seharusnya gegap gempita perayaan kemenangan namun :
yang ada hanya tangis dan amarah
Sungguh kebohongan yang begitu indah
Maafkan aku bila menolak semua itu sebab,
Yang kutahu perayaan seperti itu milik kami
Yang kau adopsikan untuk menjebak kami
Sungguh rendah!
Nyalakan kembang api itu,
Rayakan kemenangan tuan lalu
Lemparkan segala arang dan juga sangit mesiu kepada kami
Kami akan tetap menjadi penghuni surga itu
( Amin.... )
Raksaka, 2 dinihari 280709
Kata-kata seperti sayap, membawa angan terbang ke langit khayal. Kata-kata seperti pisau, menusuk ulu hati dan melukai, atau kadang serupa mantra layaknya perisai, yang melindungi keyakinan! Kata-kata adalah nyawa yang menghidupkan sajak-sajak yang terlahir dari jiwa-jiwa yang gelisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --
-- confucius --
wah jadi ingat bulan puasa, suka main kembang api...salam kenal sobat.
ReplyDeletehati2 main kembang apinya, bisa terbakar nanti.
ReplyDeletesalam.
@ rachel : aku ga suka kembang api koq tenang aja :)
ReplyDelete@patahati: he'eh, bentar lagi kan puasa :D
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang 'tuk sahabatku tersayang
ReplyDeletemaksud puisinya... yang gk bakat sastra kek saya jadi gak mudhenk... hehhee... salam kenal...
ReplyDeletedan di setiap perayaan, akan selalu ada yang menangis...
ReplyDeletekarena kemenangan punya saudara kembar bernama kekalahan.
keduanya mempunyai rasa yang berbeda, tapi akan datang pada saat yang sama pada dua orang berbeda...
salam kenal, sobat baru...
@ azarre: coment kamu yg terakhir kehapus, salah pencet reject ( maap) abis sambil ngantuk tadi :">, coment lagi yah?
ReplyDeletebentar lagi puasa, wah...kembang api ma mercon dah laris manis, duor...duor..duor...dah suara bertebaran dijalanan malam2 di tempatku tinggal.
ReplyDelete