detik -tikam- nadi
sepi rapi kemas sakit
jadikan bingkisan untuk pesta
: menarilah!
( aku? menepi dan tidur saja)
lalu,
rotasi waktu yg tak pernah melambat,
memangsa setiap detik dengan kekosongan, aku... merindukanmu
hai,manis.... apa khabar?
kamu, seperti biasa....menyimpul temali
dibibirmu, labirin sunyi
tanyamu :
kenapa masih bertahan?
sayang,
sebab cinta tak mengenal alasan
demikian juga bertahan
: kataku
raksaka nala, 210711 dini hari
Kata-kata seperti sayap, membawa angan terbang ke langit khayal. Kata-kata seperti pisau, menusuk ulu hati dan melukai, atau kadang serupa mantra layaknya perisai, yang melindungi keyakinan! Kata-kata adalah nyawa yang menghidupkan sajak-sajak yang terlahir dari jiwa-jiwa yang gelisah
Thursday, July 21, 2011
Tuesday, July 19, 2011
UDARA
Sejak kusadari dirimu udara
Menari sebagai angin yang menyulap cuaca di setiap penjuru
Kemanapun engkau awan kan menjadi gugup dan kehilangan bentuk : pesonamu
Dedaunan berbisik, menelisik segala gosip yang datang bersamaan datangmu
Lalu, di tiap ladang kau kumpulkan awan lalu kau warnai kelabu, banyak yang terlanjur membadai
ah, betapa sihirmu adalah hujan yang tak diharapkan
Dedaunan berbisik, menelisik segala gosip yang datang bersamaan datangmu
Lalu, di tiap ladang kau kumpulkan awan lalu kau warnai kelabu, banyak yang terlanjur membadai
ah, betapa sihirmu adalah hujan yang tak diharapkan
Maka,
Kuniatkan diriku diam menunggu
Berkiprahlah sesukamu, sampai letih kau menari... kuterima dera derai hujan yang kau cipta,
kuserap..kusimpan dalam dada sebab kini aku bumi
Lalu jika musim yang mengurung masa lalu itu tuntas,
Tumbuhkanlah..benih-benih percayamu. Tak harus pada bumi... tetapi pada cinta
Raksaka Nala 19 Juli 2011
Lalu jika musim yang mengurung masa lalu itu tuntas,
Tumbuhkanlah..benih-benih percayamu. Tak harus pada bumi... tetapi pada cinta
Raksaka Nala 19 Juli 2011
Saturday, July 9, 2011
Resonansi II
Pancaroba tiba dilangitmu,kini
Mengirimkan angin yang gelisah menggambar awan-awan buyar
Lalu menyemai benih-benih hujan : dimatamu
Ah... ingin kupeluk kau dengan pelukan yang paling bumi
Pijak aku! niscaya kakimu akan mengakar dan melenturlah seperti halnya rumpun bambu
Andai kau tahu...
Musim silih berganti dilangitmu dan hatiku ikut serta,
kutelan... badaimu!
@Sugar
Raksaka,Friday, July 8, 2011 at 9:37pm
Raksaka,Friday, July 8, 2011 at 9:37pm
MAAF
Ada dendam, menggumpal di dadamu,
Sepi dijantungku, rongga-rongga kosong
Tergoda, lupa tanda
Rasa hanya pijar sekejap lalu menelikung dada,sesak
Dua insan gamang saling mengeja
Sesalku, matinya logika : kita
Bukan...bukan seperti ini yang kuinginkan
Maka tikam saja jantungku agar henti detak
Sebab kutak bisa menahan bisingnya
Suara memanggil dalam setiap setiap pacu jantungku
Maafkan aku, yang menginginkanmu!
: sugar
: sugar
Raksaka, Wednesday, April 13, 2011 at 7:44am
Subscribe to:
Posts (Atom)
By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --
-- confucius --