Dendam di dadamu mencipta lubang-lubang sepi
Sepi dijantungku, mencipta kolam-kolam rindu
Tergoda, lupa makna tentang hakikat
Rasa hanya pijar berkejaran dengan hujan,
sekejap lalu menelikung dada,sesak
Dua insan gamang saling mengeja
Sesalku, matinya logika : kita
Bukan...bukan seperti ini yag kuinginkan
Maka tikam saja jantungku agar henti detak
Tampung darahnya, semaikan di langit kelam berjelaga biar
Sekali lagi, hujan terlahir menyapih kerontangnya jiwa
Kita sepasang kunang-kunang
Kepayang oleh cahaya : api itu
Menari memanggil, dan kita terbakar bersama
Kata-kata seperti sayap, membawa angan terbang ke langit khayal. Kata-kata seperti pisau, menusuk ulu hati dan melukai, atau kadang serupa mantra layaknya perisai, yang melindungi keyakinan! Kata-kata adalah nyawa yang menghidupkan sajak-sajak yang terlahir dari jiwa-jiwa yang gelisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
By three methods we may learn wisdom: First, by reflection, which is noblest; Second, by imitation, which is easiest; and third by experience, which is the bitterest.
-- confucius --
-- confucius --
No comments:
Post a Comment