Ini adalah puisi yang aku kembangkan dari bait-bait acak yang kutulis dalam status-status facebookku. Ada sembilan bait yang pernah kutulis tanpa kuniatkan menjadi puisi, tetapi belakangan ini aku merasa sayang kalau itu hanya menjadi status saja.... maka aku meniatkan menjadikannya utuh. Dan ini... puisi terakhir dari sembilan bait acak itu
Sembilan Penggalan Tanpa Judul
Aku sedang belajar pada laut,tentang cara ia mewarnai
air
Bening, biru, teduh cahaya penuntun
kita
Untuk rasa yag harus kujaga demi tetap beningnya telaga
hati
Aku harus tetap berdiri meski menepi
kan
Rindu bertali-temali jerat tarik aku yang meradang menahan kejang
demi
Kian kelu lalu haru... ah, luka..seberapa nganga lagi
harus
Meruap demi menjadi kandung yang melahirkan benci?
Mari, sini.... kubasuh luka dalam hujan
lalu
Lihat bahwa luka itu adalah benih mentah dari sabar
biar
Lepas, pasrah hingga terserap
gersang
Bumi menampungnya, pada waktu dan tempat yang tepat dia
jadilah
Mata air mengalir sungai-sungai menghidupi nuju tempat
kembali
Merumahlah pada muara hati yang sejati
Tak perlu kata-kata maka
diam
Diamlah pun jua jangan lagi menangis
Raksaka, 20 Jan 2012 - senja menutup hujan